Kartnig, T., 1988, Clinical applications of Centella asiatica (L.) Urb. Pentacyclic triterpenoids from the medicinal herb, Centella asiatica (L.) Urban. Journal of Chromatography A 742: 127-130. Determination of biologically active constituents in Centella asiatica. Departemen KesehatanRI : Jakarta.ĭuke, 2003, Phytochemical and Ethnobotanical Databases, http:/Diakses tanggal 10 Januari 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.ĭepartemen Kesehatan Republik Indonesia. 30:889–891.Ĭronquist, A., 1981, An Intergrated System of Classification of Flowering Plants, New York, Columbia University Press, 477.ĭepartemen Kesehatan Republik Indonesia. Indian journal of experimental biology, pp. Effects of plant extract Centella asiatica L. 132-243.Ĭhatterjee TK, Chakraborty A, Pathak M. Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, dan Adelberg Edisi 23. Chemical, pharmacological and clinical profile of the East Asian medicinal plant Centella asiatica. 293-343.īonte, F., 1994, Influence of asiatic acid, madecassic acid, and asiaticoside on human collagen I synthesis, Planta Medica, Vol. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. 2nd., Churchill Livingstone : Philadelphia,pp. Tablet and Compaction in : Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design. Pustaka Buku Murah, hal 251-52Īulton, M., and Summers M. Six Edition, 194-202, Lea and Febiger, USA.Īrisandi Y, Andriani Y.2008. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Diliverry Sistems. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, EdisiKeempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 168-169.Īnsel, Howard C. Edisi Revisi dan Perluasan, Bandung Penerbit ITBĪnief, M., 2000. Metode ini dipilih apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas, dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung (Siregar dan Wikarsa, 2010).Īgoes, Goeswin. Pembuatan tablet dengan granulasi kering bertujuan untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Sedangkan kekurangan dari cetak langsung adalah dosis zat aktif yang kecil menyebabkan bahan tidak homogen (tak tercampurkan), pengisi dan pengikat pada tablet cetak langsung harus memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas, campuran kempa langsung mudah tidak bercampur dalam tahap-tahap perlakuan pasca pencampuran (Siregar dan Wikarsa, 2010). Kelebihan dari kempa langsung adalah hanya melibatkan pencampuran kering, ekonomis, lebih efisien waktu dan energi, pemrosesan tanpa memerlukan lembap dan panas, disintegran dapat berfungsi secara optimum, permasalahan stabilitas kimia tablet kempa langsung lebih sedikit. Kempa langsung tidak dapat dilakukan pada zat aktif dengan dosis kecil, zat aktif dengan masalah pemisahan dan keseragaman kandungan, zat aktif yang memiliki sifat alir buruk (Lieberman, 1989). Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1989). Metode kempa langsung atau cetak langsung yaitu pencetakan bahan obat dan bahan tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi, kempa langsung membangkitkan gaya ikatan diantara partikel sehingga tablet memiliki kekompakan yang cukup (Voigt, 1984). Keuntungan dari metode granulasi basah adalah sifat-sifat mengalir lebih baik, pemadatan, pengempaan baik, distribusi zat pewarna merata (Siregar dan Wikarsa, 2010). Pada metode granulasi basah, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadi pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil, penambahan bahan penghancur dan bahan pelicin kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel et al, 1995). Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang, mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel et al, 1995). Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Metode ini berbeda dengan metode granulasi kering (peleburan). Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi granul dengan bantuan larutan bahan pengikat. Pembuatan tablet terdapat tiga macam metode, yaitu metode granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung (Ansel et al, 1995).